Kamis, 02 Desember 2010

persiapan UAS


RANGKUMAN MATERI BAHASA INDONESIA
KELAS XI SEMESTER 1

Teknik Menyampaikan Simpulan

            Suatu informasi yang berisi gagasan perlu diambil intisari/kesimpulan. Teknik menyimpulkan bisa dilihat pada letak kalimat utama sebuah paragraf. Untuk itu dikenal istilah kesimpulan deduktif (terletak di awal paragraf), kesimpulan induktif (terletak di akhir paragraf), dan kesimpulan campuran (terletak di awal dan akhir paragraf). Berikut ini kiat membuat simpulan yang baik:
  1. Menjiwai isi bacaan/paragraf secara keseluruhan
  2. Mengambil poin-poin penting dari isi bacaan
  3. Menggunakan bahasa yang lugas, sederhana, dan efektif.
  4. Menghindari penggunaan kata yang bermakna rangkap/ganda
  5. Menggunakan bentuk rincian jika dipandang perlu
Ø  Pola Deduktif (Umum – Khusus)
Paragraf yang diawali kalimat utama (umum) lalu disertai kalimat-kalimat sebagai penjelas (khusus) contoh: Ali tidak naik kelas. Itu karena ia sering membolos dan suka berbuat onar di kelasnya. Selain itu, Ali juga pernah tertangkap basah mencuri peralatan di bengkel sekolah.
Pola umum – khusus dapat berupa:
1.      Sebab – Akibat – Akibat yakni kalimat utama berupa sebab lalu penjelasan berupa akibat (lebih dari satu akibat) contoh: Acong mencuri ayam tetangganya. Ia pun digiring ke balai desa setempat. Acong harus menerima kenyataan dihakimi massa sampai babak belur. Selain itu, ia juga dibawa ke polsek setempat untuk diadili.
2.      Akibat – Sebab – Sebab yakni kalimat utama berupa akibat yang bersumber dari berbagai sebab. Contoh: Kemacetan terjadi di jalur Cerme – Bunder. Kondisi jalan yang sempit menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, Truk besar yang melintas tidak sesuai dengan kondisi dan lebar jalan Yang lebih parah lagi, perbaikan jalan yang dilakukan pada siang hari jadi faktor penunjangnya.
3.      Analogi (perbandingan 2 hal yang berbeda tetapi dikait-kaitkan/dicari kesamaannya secara tidak langsung)
4.      Silogisme (penarikan kesimpulan dari pernyataan umum dan khusus)
Rumus silogisme:        PU (premis umum)      :  A = B          /            A = B
                                    PK (premis khusus)     :  C = A           /           C ≠ A
                                    K   (kesimpulan)          :  C = B           /           C ≠ B
PU: setiap manusia  pasti mati                        PU: Setiap orang Cina terkena wajib militer
                  A           =       B                                              A             =               B
PK: Maman  termasuk manusia                      PK: Aiman bukan orang Cina
            C     =         A                                                  C        ≠             A
K  : Maman  pasti mati                                    K  : Aiman tidak terkena wajib militer
            C     =      B                                                     C        ≠                       B
5.      Entimen (bentuk singkat dari silogisme dengan tanpa menyertakan Premis Umum). Rumus untuk Entimen:  PK dan K yakni C – A – B / C – B – A
Contoh: dari contoh silogisme (poin nomor 4) dapat dibuat sebuah entimen sebagai berikut:
a.  Maman termasuk manusia maka pasti mati
b.  Aiman tidak terkena wajib militer karena ia bukan orang Cina

Ø  Pola Induktif (Khusus – Umum)
Paragraf yang diawali kalimat-kalimat penjelas lalu disimpulkan (di bagian akhir) dalam kalimat utama. Contoh: Kompetisi sepakbola Indonesia mengalami fluktuatif. Keberadaan PSSI juga mulai diragukan pemerintah dan masyrakat. Proses pembinaan yang tak berjalan lancar juga jadi pemicunya. Untuk itu, sepakbola ini perlu perhatian serius dari berbagai pihak dalam segala aspek.
Pola khusus – umum dapat berupa:
1.      Sebab – Sebab – Akibat (diawali hal-hal yang menyebabkan lalu disimpulkan dalam satu akibat)
2.      Akibat – Akibat – Sebab (diawali hal-hal yang diakibatkan lalu disimpulkan oleh satu penyebab)
3.      Sebab – Akibat (berantai)
4.      Generalisasi (pengurutan data searah lalu disimpulkan)
Contoh: Manusia membutuhkan air untuk hidup. Hewan juga membutuhkan air untuk bertahan hidup. Selain itu, tumbuhan juga butuh air untuk kelangsungan kembang biaknya. Jadi, semua makhluk hidup membutuhkan air untuk hidup.
Ø  Pola Campuran (Umum – Khusus – Umum)
Yakni paragraf yang berpola diawali kalimat utama lalu disertai kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri (sebagai penguat) kalimat utama berikutnya.
Pelajari selengkapnya di LKS halaman 4 dan 5.

Memahami Perintah Lisan

            Perintah ialah satuan kata/kalimat yang berarti harus dikerjakan sesuai dengan isi/maksud dari perintah tersebut. Dalam dunia kerja, perintah ada yang disampaikan secara jelas (langsung/tersurat/tampak dan tidak membutuhkan penafsiran terhadap maksud/isi perintah) dan ada perintah yang secara samar diungkapkan (tersirat/tidak langsung).
            Contoh perintah tersurat:
  • Kerjakan Uji kompetensi di LKS hal 14 – 17!
  • Buanglah sampah pada tempatnya!
  • Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
Contoh perintah tersirat:
  • Karya itu pasti tampak bagus jika diketik!
  • Bukankah tulisan di papan tulis ini seharusnya dihapus?
  • Maksimal 10 km/jam!
Selain bentuk tersurat dan tersirat, perintah juga terbagi atas beberapa jenis:
  1. Perintah Sederhana
Yakni perintah yang mudah dipahami dan tidak perlu dipersiapkan konsep/rancangan. Perintah jenis ini memang tidak membuat yang diberi perintah menelaah karena simpel dan jelas.
Contoh: Hapuslah tulisan di papan tulis tersebut!
  1. Perintah Kompleks
Yakni perintah yang masih perlu ditafsirkan/ditelaah dan bila perlu disederhanakan baik dalam bentuk rancangan maupun rumusan perintah.
Ingat, perintah lisan adalh perintah yang langsung lenyap ketika si pemberi perintah berhenti bicara. Simaklah dengan baik dan saksama dengan memperhatikan intonasi, tekanan, perkataan dan hal-hal teknis lainnya.
Contoh: Buatlah rencana kerja pembuatan instalasi listrik!
3.      Biasa, contoh: masukkan barang-barang ini ke dalam bagasi mobil!
4.      Ajakan, contoh: Ayo bersenam pagi agar badan kita menjadi sehat!
5.      Larangan, contoh: jangan dekati tempat itu!
6.      Permintaan/permohonan, contoh: Mohon kerjakan tugas itu dengan baik!
7.      Pembiaran, contoh: biarkan dia pergi sendiri!
8.      Sindiran, contoh: maju kalau kamu berani!
9.      Proses, contoh: urutlah dari nomor kecil hingga nomor yang besar!
10.  Berita/seperti bukan kalimat perintah, contoh: terima kasih anda tidak merokok di ruangan ini!
Pelajari selengkapnya di LKS halaman 10 dan 11


Menulis Petunjuk Kerja

            Ketika melakukan suatu kegiatan yang bersifat sistematis (berurutan) dan berproses kita memerlukan petunjuk kerja agar kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan keinginan dan tidak jarang setiap poin dari petunjuk merupakan elemen yang berkaitan dan tidak bisa dihilangkan.
            Petunjuk kerja ialah prosedur/cara teknis melakukan sesuatu dari awal sampai akhir dalam bentuk poin demi poin. Petunjuk kerja termasuk jenis karangan eksposisi (penjelasan) dengan bentuk pengembangan proses. Yang perlu diperhatikan pada petunjuk kerja ialah urutan logis, penggunaan kata perintah diawal, efektivitas, tidak bermakna ganda/rancu, dan kesesuaian dengan prosedur yang benar.
            Contoh: Cara Membuat Ramuan Buah Mahkota Dewa
  1. Siapkan pisau bersih dan tajam dari bahan stainless agar tidak berkarat
  2. Pilih buah yang tua (berwarna merah tua), tetapi jangan yang busuk.
  3. Iris tipis agar saat direbus hasilnya maksimal
  4. Hati-hati saat mengiris, jangan terkena bijinya karena beracun.
  5. Irisan buah dapat langsung direbus atau dikeringkan lebih dahulu
  6. Air rebusan siap diminum

Perubahan Makna Kata

            Kata pada bahasa Indonesia bersifat dinamis. Kedinamisan kata tersebut dari sisi makna, kaidah, bentuk bakunya, maupun nilai rasa dan penggunaannya. Kita tentu tahu kata “bung”. Dahulu kata “bung” akrab dengan sosok yang berpengaruh dan sebagai panggilan akrab. Kini, kata “bung” cenderung akrab bagi mereka yang ada di jalanan atau kurang berpendidikan. Berikut beberapa pergesaran makna kata pada bahasa Indonesia
  1. Meluas (Generalisasi) makna sekarang lebih luas dari makna dahulu
  2. Menyempit (Spesialisasi) makna sekarang lebih sempit dati makna dahulu
  3. Ameliorasi (peninggian makna/kata yang nilai rasanya positif) contoh: hamil
  4. Peyoratif (penurunan makna/kata yang nilai rasanya negatif) contoh: bunting
  5. Sinestesia (pertukaran nilai rasa pada panca indera) contoh: wajahnya manis. Kata “manis” (indera perasa) digunakan untuk menyebut indera penglihatan.
  6. Asosiasi (kata – bukan frase – yang digunakan untuk menyebut/menyatakan sesuatu) contoh: Pejabat itu dirumahkan karena menjadi tersangka korupsi. Kata dirumahkan dimaknai dipecat dengan makna asal dipulangkan ke rumah.
Pelajari materi ini selengkapnya di LKS halaman 31 dan 32


Kalimat yang tanya

            Ialah kalimat yang yang ditujukan agar memperoleh respon/jawaban, baik berupa kata-kata maupun tidak,  dari orang yang diberi pertanyaan.
            Kalimat Tanya bercirikan:
  • penggunaan kata Tanya: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana (5W+1H), berapa, bilamana, dari mana, dsb
  • Penggunaan kata bukan/tidak disertai partikel -kah
  • Penggunaan intonasi naik pada suku kata akhir
Ø  Kalimat Tanya untuk menggali informasi
Tujuan orang bertanya bermacam-macam, salah satunya untuk menggali informasi lebih dalam dari narasumber/yang diberi pertanyaan. Kiat untuk membuat pertanyaan yang bertujuan menggali informasi:
1.      Disertai kata Tanya yang bersifat proses/membutuhkan jawaban cukup detail seperti mengapa dan bagaimana.
2.      Kata Tanya sederhana disertai kata yang meminta jawaban berlebih seperti apa solusinya, siapa-siapa sajakah, dimana saja, berapa pastinya, dari mana semuanya itu, dsb.
3.      Kalimat Tanya tersebut tidak sekadar mengharap jawaban ya/tidak tetapi disertai alasan/penjelas.
4.      Mengaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya
Lebih lanjut baca materi tersebut di LKS halaman……………

Parafrasa

Ialah proses tindak lanjut baik berupa menambah, meringkas, mengganti, maupun mengurangi sumber asal (teks lisan/tulis) sesuai dengan bahasa sendiri maupun tujuan dibuatnya parafrasa tersebut. Bentuknya bermacam-macam, seperti:
1.      Menyimpulkan teks asli ke dalam poin-poin utama
2.      Menyalin informasi asli dengan bahasa sendiri
3.      Mengubah bentuk drama menjadi prosa/sebaliknya
4.      Mengubah bentuk puisi menjadi prosa
5.      Mengganti kata dengan frase/ungkapan sepadan/sebaliknya pada paragraf
6.      Meringkas bacaan
Ø  Memparafrasekan puisi menjadi prosa
Proses ini dapat dimulai dengan:
1.      Memahami isi puisi
2.      Menambahkan kata/imbuhan yang bisa jadi sedikit memperjelas makna juga memudahkan pembacaan sebagai prosa dan paragraf.
3.      Memperjelas kata yang maknanya samar dengan menambahkan kata yang bersinonim
4.      Mengubah larik demi lari menjadi satu/beberapa kalimat sesuai nilai kelogisan.
Teori dan contoh lebih lanjut bisa dipelajari di LKS hal 49, 50, dan 51

Kisi-kisi soal UAS bahasa Indonesia semester 1 kelas XI
Kutipan wawancara
1.      Menyimpulkan isi wawancara
2.      Membuat pertanyaan lanjutan kutipan wawancara
3.      Membuat paragraf dengan pola tertentu
4.      Menyimpulkan sebuah paragraf/melengkapi bagian yang rumpang pada paragraf
5.      Memparafrasekan puisi
6.      Menjelaskan dan menentukan jenis kalimat perintah serta teorinya
7.      Membuat petunjuk teknis alat/produk yang ditentukan
8.      Menentukan jenis pergeseran makna

Jalan-jalan ke bukit sawo jajar
Aduh mesranya dengan sang pacar
Tetap semangat dan rajin belajar
Semoga UAS-nya berjalan lancar