Rangkuman Materi Bahasa Indonesia Kelas X SMK Semester 1
Introduksi
Sebagai implementasi hasil kegiatan belajar-mengajar selama satu semester, saya sengaja merangkum materi yang pernah saya ajarkan. Meski pasti ada yang terlewat, namun yang penting ada I’tikad baik agar siswa punya gambaran materi yang sudah mereka terima. Ini pun sebagai bentuk tanggung jawab moral atas apa yang sudah menjadi tupoksi saya. Selamat membaca dan belajar…..
Beberapa aturan teknis tentang pelafalan kata
a. Singkatan dan akronim asing, pada umumnya dilafalkan dengan abjad/lafal Bahasa Indonesia, tetapi kepanjangannya tetap dilafalkan dan ditulis sesuai dengan bahasa aslinya.
Contoh: WHO (we ha o) bukan (wi eij o), VOC (ve o ce) bukan (ve o se)
b. Pelafalan tidak dipengaruhi unsur bahasa daerah dan percakapan sehari-hari
Contoh: aktif tidak dibaca (aktip), Bandung tidak dibaca (mbandung), ketut tidak dibaca (kethut), sumur tidak dibaca (somor), dsb.
c. Dapat membedakan pelafalan fonem e (bisa e pepet, E lebar, e biasa), fonem i (bisa tetap i atau bergeser menjadi e), fonem o (o lebar dan o sempit), dan sebagainya apalagi jika mempengaruhi makna kata.
Contoh: teras ( jika dibaca E lebar berarti halaman, jika dibaca e pepet berarti inti)
Toko (kedua vokal o dibaca sempit), Tokoh (kedua vokal o dibaca lebar)
Genting (jika vokal i dibaca i = gawat, jika vokal i dibaca hampir
mendekati E = bahan atap)
Membaca Cepat
a. Cara atau teknik membaca cepat untuk pemahaman
Membaca cepat bukan membaca dengan cepat tanpa ada yang terserap dari bacaan karena tujuan membaca adalah isi bacaan yang dibaca. Cara lama yang harus dihilangkan:
1. Membaca dengan suara nyaring atau melafalkan kata per kata
2. Membaca dengan menunjuk/menggunakan jari
3. Membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti baris bacaan
4. Membaca dengan melihat kembali ke bacaan sebelumnya/regresi
5. Membaca dengan menggerakkan bibir
6. Membaca dengan melafalkan dalam batin/pikiran (subvokalisasi)
b. Rumus mengukur kecepatan membaca dengan ukuran satuan kata per menit:
Jumlah kata yang dibaca x 60 = jumlah KPM (kata per menit)
Jumlah detik untuk membaca
c. Membaca lanjutan dengan teknik melayap (skimming) dan memindai (scanning)
Kegunaan teknik skimming:
1. Membutuhkan fakta-fakta tertentu dalam bacaan
2. Mencari kesan dari bacaan
3. Mencari ide pokok/sari pati dari bacaan
Kegunaan teknik scanning:
1. Mencari bagian penting (yang dicari) dari bacaan
2. Mencari nomor di buku telepon, kata di kamus, data statistic, dan sebagainya
3. Menemukan kata tertentu dalam bacaan
Memahami bentuk kata
Kata terdiri atas dua jenis: kata produktif dan tidak produktif. Kata yang produktif berarti kata tersebut dapat dikembangkan (dalam bentuk turunan) dalam jumlah yang banyak baik melalui proses pengimbuhan, penggabungan, maupun pengulangan.
Contoh: mati turunannya kematian, mematikan, dimatikan (imbuhan), mati-matian, semati-matinya (pengulangan), mati gaya, mati ide, (penggabungan).
Pemilihan sumber informasi
Informasi adalah segala bentuk pengetahuan, berita, kejadian, peristiwa, dan segala hal yang bersifat memberitahu/ menambah pengetahuan pembaca/ pendengarnya. Informasi bisa diperoleh dengan cara menyimak (jika lisan) dan membaca (jika tulis). Selain itu informasi juga bisa diperoleh secara langsung dan dengan media/alat perantara.
Media elektronik: radio (audio), televisi (audio visual)
Media cetak: buku, koran, majalah, modul, LKS, dan sebagainya.
Pelafalan singkatan/akronim
Kaidah-kadiah pelafalan:
a. Singkatan yang berasal dari bahasa asing lalu dianggap sebagai bahasa Indonesia dilafalkan dengan contoh: BBC dilafalkan (bebece) bukan (bebese)
IMF dilafalkan (i em ef) bukan (ai eme f)
b. Akronim bahasa asing yang bersifat internacional mempunyai kaidah tersendiri yakni dilafalkan seperti aslinya. contoh: UNESCO dibaca (y unes co) bukan (u nes tjo) Sea Games dibaca (si ge ims) bukan (se a games)
c. Pelafalan kata yang berasal dari bahasa daerah
d. Dilafalkan sesuai bentuk tulisannya dan tidak dpengaruhi dialek kedaerahan
e. Pelafalan kata serapan
§ Jika diserap secara adopsi (langsung) maka pelafalannya sesuai lafal aslinya. contoh: reshuffle, hypermarket, hot dog, money politics, dsb.
§ Jika diserap secara adaptasi (menyesuaikan ejaan BI) maka pelafalannya sesuai ejaan bahasa Indonesia. contoh: carier » karier dilafalkan karir
complex » kompleks dilafalkan kompleks
percentage » persentase dilafalkan persentase.
Memilih kata dengan tepat
§ Yakni bagaimana memilih kata sesuai konteks dengan baik dan tepat. karena seringkali pembicara tidak dapat menyampaikan gagasan melalui kalimat yang tidak tepat sehingga terkesan berbelit-belit, panjang lebar, dan kurang terarah.
§ Kata yang juga berkaitan dengan kata lain mempunyai kecenderungan kesamaan makna/ dalam lingkup pembicaraan yang sama.
§ contoh: 1. telepon seluler: pulsa, voucher, merek HP, isi ulang, kartu perdana, SMS, tarif lokal, prabayar, pascabayar, sinyal, dsb.
§ 2. Musik: grup band, vokalis, konser, musisi, lagu, fans, lagu favorit, requset, platinum, ringtone, tangga lagu, video klip, dsb.
§ Pilihan kata juga dapat menjadikan kalimat lebih cermat dan terarah, terutama untuk kata-kata yang mempunyai padanan yang bersifat lebih khusus. contoh: membawa, mempunyai padanan lebih khusus yakni memanggul, menandu, menimang, menjinjing, memapah, menggendong, dsb. istilah ini disebut Hipernim (kata umum) dan Hiponim (kata khusus)
§ Memanfaatkan sinonim dan parafrase
§ Sinonim adalah deret kata yang mempunyai kesamaan arti, baik secara utuh maupun sebagian. sedangkan parafrase adalah kata-kata yang dianggap memiliki kesamaan sifat dengan kata yang digantikan.
§ Contoh sinonim: polisi = aparat keamanan, unjuk rasa = demonstrasi, jika = bila, dsb.
§ parafrase: peluruh = timah panas, sepeda motor = kuda besi, mati = meregang nyawa, presiden = orang nomor satu, dsb.
§ Yang perlu dicermati adalah bila perbedaan lafal tersebut memengaruhi arti. Dalam bahasa indonesia sering disebut homograf. Juga ada perbedaan pelafalan karena susunan huruf yang berbeda.
Contoh: apel (e rendah) berarti jenis buah, apel (e lebar) bermakna upacara/kegiatan.
Seret (kedua e rendah) berarti tersendat-sendat, seret (kedua e lebar) bermakna menaik suatu benda menyusur tanah.
Toko (o dibaca sempit), tokoh (o dibaca lebih lebar)
§ Selain itu dikenal pula istilah homofon (kata yang tulisan dan artinya berbeda, tetapi lafalnya sama) contoh: sangsi (ragu) – sanksi (hukuman), bang (panggilan) – bank (lembaga uang), masa (waktu) – massa (banyak/jamak)
§ Ada pula istilah homonim (kata yang lafal dan tulisannya sama tetapi mempunyai perbedaan arti). Contoh: kali (sungai) – kali (perkalian), halaman (teras) – halaman (bagian buku), bisa (dapat) – bisa (racun ular), dsb.
Ungkapan idiomatik
Ialah gabungan kata yang membentuk makna baru (berbeda) dari makna asal, baik digunakan dalam kalimat atau berdiri sendiri.
Contoh: Banting setir = berputar haluan (kerja/sikap).
Naik daun = sedang populer/terkenal
Tikus berdasi = koruptor
Buaya Darat = Lelaki phobia perempuan
jenis teks/karangan tertulis
§ Narasi (cerita): rangkaian peristiwa/cerita/kisah/kejadian yang berlangsung pada kurun waktu tertentu.
Narasi sugestif: cerita tidak nyata, khayalan. contoh: cerpen, novel, dongeng, dsb.
Narasi ekspositoris: cerita nyata/benar-benar terjadi/berdasarkan pengalaman/kisah hidup seseorang yang ditulis. contoh: berita, profil, biografi, autobiografi, dsb.
§ Deskripsi: gambaran suatu objek sesuai dengan apa yang dilihat/dirasa/diindera penulisnya. Deskripsi bisa berupa deskripsi imajinatif/impresionistis: menggambarkan secara berlenihan dan disertai kesan/tambahan subjektivitas penulisnya. Sedangkan deskripsi teknis: sesuai dengan apa yang dilihat dan tanpa disertai opini penulis.
§ Eksposisi: penjelasan tentang sesuatu yang bertujuan memberi informasi/ pengetahuan/memberitahu, bisa berupa proses, pengertian, maupun analisis. Contoh: Proses Penginstalan Komputer, Undang-undang pornografi dan pornoaksi, dsb.
§ Argumentasi: pendapat seseorang tentang sesuatu yang bertujuan agar pembaca setuju dengan apa yang diidekan. contoh: pendapat tentang ruwetnya kasus Bank Century.
§ Persuasi: pendapat (argumentasi) dan fakta yang bertujuan mengajak, menyuruh, mengimbau, maupun melarang terhadap sesuatu agar orang lain setuju dan mau mengikuti ajakannya. contoh: himbauan mematuhi tata tertib lalu lintas.
Pola penalaran Paragraf
§ Deduktif: meletakkan kalimat utama di bagian awal lalu disertai kalimat-kalimat penjelas (kalimat utama berada di awal paragraf).
contoh: Jarwo dikagumi teman-temannya. Ketika di kelas ia selalu aktif bertanya. Setiap ada teman yang kesulitan ia selalu berusaha menolong. Jarwo juga tidak segan memberi penjelasan tambahan jika ada teman yang tidak paham dengan pelajaran tertentu.
§ Induktif: meletakkan kalimat utama di bagian akhir dengan diawali kalimat-kalimat penjelas (Kalimat utama berada di akhir paragraf).
Contoh: Harga minyak dunia terus melonjak naik. Kebutuhan rakyat akan bahan bakar semakin tak terbendung. Namun, ketersediaan bahan bakar di Indonesia mulai menipis. Hal itu menyebabkan Harga BBM naik berlipat-lipat.
§ Campuran: meletakkan kalimat utama diawal lalu disertai kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri sebuah kesimpulan yang berupa kalimat utama (kalimat utama diawal dan akhir paragraf) Contoh: Alex ditangkap polisi karena kasus narkoba. tingkah polanya memang sudah lama mencurigakan. Ia pun sering tertangkap basah melakukan transaksi barang haram. Di sekolah pun ia juga sering berbuat keonaran. Alex memang pantas mendapat balasan yang setimpal atas perbuatannya.
§ Ineratif: meletakkan kalimat utama di bagian tengah paragraf.
Contoh: Arif selalu rajin belajar. ia tidak pernah sekalipun lupa mengerjakan tugas. Hal inilah yang menjadikannya juara kelas. Akibatnya, ia mempunyai banyak prestasi di dalam dan di luar sekolah. Ia pun kini menjadi kebanggaan keluarga dan sekolah.
§ Naratif: kalimat utama terdapat pada semua bagian/menyeluruh/menyebar. umumnya berupa paragraf narasi atau deskripsi.
§ Paragraf yang baik harus memperhatian: kesesuaian isi, kepadatan kalimat, kesesuaian kalimat utama dengan penjelas, dan menggunakan makna yang lugas.
Perbedaan fakta dan opini
Fakta adalah kenyataan yang benar-benar/telah terjadi. Ciri-ciri fakta:
- Fakta termasuk informasi yang bisa dibuktikan kebenarannya
- Umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dan dimana.
- Tidak disertai kata yang bermakna belum pasti seperti diduga, menurut, indikasi, kemungkinan, diperkirakan, dan sebagainya.
- Contoh: Indonesia berada di posisi 3 pada Sea Games XXV Laos
Opini adalah hal yang belum terjadi dan masih berupa anggapan. Ciri-cirinya:
- Opini termasuk informasi yang masih bisa dipertanyakan keabsahannya.
- Umumnya menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana.
- Bisa juga disertai kata bermakna belum pasti dan belum terjadi, seperti: akan, hendak, belum, mungkin, dan sebagainya.
- Contoh: Indonesia dianggap belum maksimal dalam kejuaaran antarnegara se-Asean di Laos.
Selain itu, fakta juga dan yang bersifat umum dan ada yang bersifat spesifik (khusus). Hal ini terkait dengan isi fakta yang disampaikan.
Contoh fakta umum: Jakarta merupakan ibukota dari negara Indonesia.
Contoh fakta khusus: Ali telah membeli bola di pasar Gresik.
Selamat belajar!