kisah si tole
oleh Aluk Al-Ahsani pada 14 April 2011 jam 12:07
sebuah kisah, tole tidur terlalu malam. bahkan menjelang pagi ia baru memejamkan mata. Pukul 06.30 ia terbangun padahal hari ini ia ada janji dengan sang doi pukul 07.00. perjalanan dari rumahnya ke rumah sang doi hanya berjarak 10 kilometer.
tole mengumpat-umpat kesal. tanpa perhitungan dan niat ia menendang sebuah BATU KECIL. Ups, ternyata batu kecil itu terkena kaca milik rumah tetangganya sehingga pecah. Pemilik rumah marah-marah, beruntung orang tua tole cepat meredam emosi tetangga tersebut dan bersedia memberikan ganti rugi.
setelah siap dengan sepeda motor barunya, tole dengan menggerutu melajukan mobilnya dengan kencang. di satu perempatan, ia menyerempet tukang becak. dalam situasi ini diketahui yang bersalah adalah sang tukang becak karena tiba2 menyeberang. meski begitu, si tukang becak marah2. tole jadi ikut-ikutan marah. pertengkaran mulut tak terelakkan lagi. akhirnya, tole mengalah dan memberi ganti rugi sepantasnya.
HP tole berbunyi pada pukul 07.30. sms diterima berbunyi "kamu telat, itu tanda kami plin-plan, kita putus"
tole yang malang pun diputus oleh pacarnya tersayang, membayar ganti rugi kepada tukang becak, dan musti domel ortu + tetangganya.
sesuatu yang kecil bisa menjadi besar, sesuatu yang besar bisa diperkecil. semua bergantung kita. bagaimana cara kita menyikapinya adalah yang utama?
mengawali sesuatu dengan masalah akan lahirkan masalah-masalah berikutnya. itu sama halnya jika kita awali pekerjaan dengan pesimis, maka hasil minor adalah penyertanya........
si Omen
oleh Aluk Al-Ahsani pada 12 April 2011 jam 13:02
hari itu si omen datang dengan semangat berlipat ganda. Ia bersiap dengan sjuta kata "bisa" yang tak terukur panjangnya. Ia lalu berangkat ke tujuan dengan suka cita. siang yang cerah jadi sahabat perjalanannya. Dengan kesan yang baik plus "tangan dinginnya" tim lawan takluk dibuatnya. dengan kegesitan dan kelincahannya, si omen berhak jadi jawara. semua bersuka ria atas keberhasilan yang omen raih.
periode demi periode berlalu. semua berjalan biasa bahkan datar2 saja. Si omen tampak frustasi di pertandingan terakhirnya kala melawan pendatang baru. Ini adalah jelang pensiunnya sang "hero" dari jagad yang sudah membesarkan namanya. tapi apa lacur, si Omen ternyata mencuri (dalam arti sebenarnya) raket milik sang pelatih. biarpun tidak jadi dihukum, itu sudah terlanjur jadi pergunjingan umum di kalangan selevelnya.
secara menyakitkan, si Omen kalah dengan lawan yang sama sekali tidak diunggulkan.
si Omen lupa dengan bagaimana cara mengalahkan lawan?
ataukah dia sudah terlanjur "memaknai" bahkan lawan bukan selevel dengan dia?
bukan, bukan itu, Si omen lupa dengan momentum ketika dia menjadi jawara untuk pertama kalinya. ada juga hukum karma yang berlaku di sana. Ia adalah nila setitik yang telah merusak susu sekuali besar. Pentingnya menjaga konsistensi "saat datang" dan "ketika pergi" juga jadi penyebabnya.
mungkinkah kita jadi omen-omen berikunya?
??????????????????
oleh Aluk Al-Ahsani pada 11 April 2011 jam 14:18
bagaimana jika sebuah kapal berlayar tanpa nakhoda? yang ada ialah semua ABK berbondong-bondong jadi pemimpin. paling tidak untuk diri mereka sendiri. tidak ada yang mau diperintah,,,,
bagaimana jika sebuah kerajaan tanpa kehadiran sang raja sebagai panutan?
para patih tak bisa berebut kekuasaan sebab sang raja masih menjadi "raja" tanpa hadir sekalipun.
sementara sang prajurit bingung dengan langkah mereka. mau dibawa kemana?
hidup juga harus punya nakhoda dan raja?
jika tidak, nafsu yang berjumpalitan tanpa kontrol bisa jadi berkuasa,
arah mata angin dibutakan oleh keinginan dan selera.
sedang semua seolah tiada karena aku adalah aku, dan kamu itu fana.
hidup harus bernakhoda,
sebab kapal musti bersandar tuk lepaskan penat arungi lautan
hidup harus ada raja
sebab kita dapat tentukan jalan mana yang hendak dilalui. lurus, atau bahkan berbalik arah.
tapi dimanakah letak nakhoda dan raja itu ada dalam diri kita?
mimpi dan kesempatan
oleh Aluk Al-Ahsani pada 08 April 2011 jam 10:17
kesempatan adalah matahari pagi, ia datang stelah malam mnguasai jagad raya.
waktu yg dipunya hanyalah 12 jam, itu pn jika awan tak tiba2 memaksanya menepi.
begitupun adanya kesempatan. Ia terkadang begitu lebar mmbuka pintunya untuk kita,
terkadang yg ada hanyalah sela2 jendela yg sulit untuk dilewati jika kita tak punya daya atau mukjizat dlm diri.
bukan hanya itu, ruang yg sempit pada kesempatan harus brbanding lurus dengan kemampuan.
karena kemampuan adalah cahaya, seberapa mampu ia menembus penghalang.
matahari kuat brsinar karena ia punya kemampuan untuk itu,
bulan terkadang lenyap atau hanya secuil karena ia hanya mendompleng pada belas kasih mentari.
aku ingin jadi matahari, biarpun terasa panas di diri,
tapi semua merasa senang dg kehadiranku.
syukur2 aku dapat seperti rembulan. brpijar dengan indah, tanpa sekalipun mmbuat orang brkeluh tentang teriknya.
biarpun kdg aku kehilangan sinarku...
lagu sepi
oleh Aluk Al-Ahsani pada 22 Maret 2011 jam 10:29
luruh aku dalam hening meski nyanyian waktu berjingkrak-jingkrak,
sementara tugas yang menghantui terlanjur aku biarkan ia jd racun yg tak mematikan.
dunia tak bertepi di kala sunyi adalah awan dan sepi adalah langitnya
syair menggelindiing bak salju yang bentuknya saja aku tak tahu
sepi memagut, sepi merayu,
mengalir dalam nadi, menyatu dalam kalbu
menampar dahaga akan canda dan keluh kesah jiwa muda
tak ada jatah awasi mereka yg bertempur dengan soal demi soal,
tak ada ruang buatku mereka-reka esok itu bagaimana dan mengapa
tak ada sandi yang hendak kuartikan isyarat apa yang dibawa oleh mimpi tadi malam
ingin memulai tugas yang segunung tapi bukit petunjuk kadung terbelah menjadi lautan
tak bisa aku lewati sebab semangat menguap bersama jenuh
menggumpal jadi satu mega bernama rasa malas.
kini biarlah aku kencani rasa malas dengan sepi jadi nadanya,
sepi memagut, sepi menampar sketsa pikirku
sampai-sampai ia memaksaku menuliskan catatan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar