Sabtu, 29 Agustus 2009

Drawing Liga Champions 2009-2010

gempita liga Champions berdering lagi. Psywar saling bertebaran bak tawon siap menghisap mangsa. nuansa reuni (bertemu dengan mantan klub) tidak dapat dielakkan lagi. ada yang jumawa karena bergabung dengan "grup ringan". ada yang merendah karena "beratnya" lawan yang akan dihadapi. So, inilah daftar pembagian grup Babak Utama Champions League 2009-2010:
Grup A
Bayern Muenchen (Jerman)
Juventus (Italia)
Girondin Bordeaux (Perancis)
Macabi Haifa (Israel)
Grup B
Manchester United (Inggris)
CSKA Moskva (Rusia)
Besiktas (Turki)
Vfl Wolfsburg (Jerman)
Grup C
AC Milan (Italia)
Real Madrid (Spanyol)
Olympique Marseille (Perancis)
FC Zurich (Swiss)
Grup D
Chelsea (Inggris)
FC Porto (Portugal)
Atletico Madrid (Spanyol)
APOEL (Siprus)
Grup E
Liverpool (Inggris)
Olympique Lyonnais (Perancis)
Fiorentina (Italia)
Debrechen (Hongaria)
Grup F
Barcelona (Spanyol)
Inter Milan (Italia)
Dynamo Kyiv (Ukraina)
Rubin Kazan (Rusia)
Grup G
Sevilla (Spanyol)
Glasgow Rangers (Skotlandia)
Vfb Stuttgart (Jerman)
Unirea Urziceni (rumania)
Grup H
Arsenal (Inggris)
AZ Alkmaar (Belanda)
Olympiakos (Yunani)
Standard Liege (Belgia)

Manakah tim jagoan kamu? Apakah tergabung dalam grup maut? tunggu saja aksi Ibra vs Eto'o yang sudah saling berganti kostum. nikmati pula duel Huntelaar vs Kaka yang memasuki masa reuni. jangan sampai terlewatkan.

Kamis, 13 Agustus 2009

Menulis Laporan dan Notulen

1. Menulis laporan
Sifat-sifat laporan:
- Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Disusun secara sistematis dengan tata urutan yang jelas.
- Dikembangkan sebaik mungkin sehingga dapat diterima akal sehat.
- Fakta dapat dipercaya
- Menimbulkan gambaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, tujuan, dan kondisi penerima laporan.
- Dibuat lengkap dan sesempurna mungkin
- Disajikan secara menarik
- Objektif dan faktual
Jenis laporan berdasarkan bentuknya:
a. berbentuk kertas kerja ilmiah d. memorandum
b. berbentuk formulir isian e. berkala
c. berbentuk surat f. laboratoris
Sistematika Laporan hasil pengamatan
1. Judul
2. Bab I: pendahuluan
a. Latar Belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan Pengamatan
d. Kegunaan/Manfaat pengamatan
3. Bab II: Pelaksanaan dan Hasil Pengamatan
a. Pengumpulan data (Metode dan hasil)
b. Analisis data dan hasil pengamatan
4. Bab III: Penutup (kesimpulan dan saran)
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran-lampiran

2. Menulis Notulen
Ialah catatan suatu rapat pertemuan. Notulen diperlukan sebagai dokumentasi kegiatan rapat. Notulen sekurang-kurangnya berisi:
1. Tujuan kegiatan
2. pikiran-pikiran yang dibahas dalam kegiatan
3. saran dan keputusan dalam kegiatan
4. waktu pelaksanaan
5. pihak-pihak yang hadir
Contoh sitematika notulen sederhana:

Sabtu, 08 Agustus 2009

Unsur-unsur prosa fiksi

Pengantar
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari
a. Tokoh dan penokohan/perwatakan tokoh
b. Tema dan amanat
c. Latar
d. Alur
e. Sudut pandang/gaya penceritaaan
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur tersebut

I. TOKOH
Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b. Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.

II. PENOKOHAN
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c. Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.

Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.

III. ALUR
Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a. Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
b. Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
c. Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.

Struktur Alur
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a. Bagian awal
1. paparan (exposition)
2. rangkasangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
b. Bagian tengah
4. tikaian (conflict)
5. rumitan (complication)
6. klimaks
c. Bagian akhir
7. leraian (falling action)
8. selesaian (denouement)

Bagian Awal Alur
Jika cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian dikatakan bahwa cerita itu dudun in medias res.
Penyampaian informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing), yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.

Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.

Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a. faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b. Faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.
Selain itu ada hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.

Macam Alur
Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
a. alur berdasarkan urutan waktu
b. alur berdasarkan urutan sebab-akibat
c. alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.

Dalam hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.

IV. LATAR
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.

MACAM LATAR
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2. Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.

FUNGSI LATAR
Ada beberapa fungsi latar, antara lain
1. memberikan informasi situasi sebagaimana adanya
2. memproyeksikan keadaan batin tokoh
3. mencitkana suasana tertentu
4. menciptakan kontras

V. TEMA DAN AMANAT
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Ada beberapa macam tema, yaitu
a. Ada tema didaktis, yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan
b. Ada tema yang dinyatakan secara eksplisit
c. Ada tema yang dinyatakan secara simbolik
d. Ada tema yang dinyatakan dalam dialog tokoh utamanya
Dalam menentukan tema cerita, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
a. ninat pribadi
b. selera pembaca
c. keinginan penerbit atau penguasa

Kadang-kadang terjadi perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh pengarang dengan gagasan yang dipahami oleh pembaca melalui karya sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut) disebut makna niatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makna aniatan kadang-kadang tidak sama dengan makna muatan
a. pengarang kurang pandai menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya.
b. Beberapa pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan adalah bahwa penafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di dalam karya sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam suatu karya sastra ada tema sentral dan ada pula tema samapingan. Yang dimaksud tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Yang dimaksud tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Ada tema yang terus berulang dan dikaitkan dengan tokoh, latar, serta unsur-unsur lain dalam cerita. Tema semacam itu disebut leitmotif. Leitmotif ini mengantar pembaca pada suatu amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

VI. POINT OF VIEW
Bennison Gray membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang ketiga.
1. Pencerita orang pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
b. Pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2. Pencerita orang ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
b. Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.

Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.

Jakob Sumardjo membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a. Sudut penglihatan yang berkuasa (omniscient point of view). Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya.
b. Sudut penglihatan obyektif (objective point of view). Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang.
c. Point of view orang pertama. Pengarang sebagai pelaku cerita.
d. Point of view peninjau. Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.


Menurut Harry Shaw, sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a. Sudut pandang fisik. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b. Sudut pandang mental. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya.
c. Sudut pandang pribadi. Adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. Sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).

Menurut Cleanth Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a. Tokoh utama menyampaikan kisah dirinya.
b. Tokoh bawahan menyampaikan kisah tokoh utama.
c. Pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama.
d. Pengarang serba tahu.

Rabu, 05 Agustus 2009

Semua tentang kita

Waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita. Akan tiada lagi kini tawamu tuk hapuskan semua sepi dihati! Ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama saat dulu kala. Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berdua saat kita tertawa…..
Lagu ini merupakan kenangan terindahku bersamanya. Pernah suatu hari dia berjanji untuk mengajariku bermain gitar sambil menyanyikan lagu ini. Namun…. Semuanya telah hilang. Semua tinggal kenangan, kenangan yang begitu indah bagiku. Dia telah pergi dari kehidupanku. Aku kecewa, aku terluka tapi apa dayaku. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Apa mungkin ini takdir atau mungkin ini suatu karma untukku… Tiada kata putus untuk kita berdua. Kita tetap ngejalin hubungan. Tapi bukan lagi status sebagai “PACAR” melainkan “SAHABAT”. Sahabat yang terbaik, walaupun sebagai sahbat bagi aku itu semua sudah cukup dan bisa ngebuat hati aku tenang. Apalah arti seorang pacar dibandingkan sahabat. Sahabat adalah segala-galanya. Sahabat nggak bisa hilang dan nggak akan pernah bisa hilang untuk selamanya…
Tapi kalu pacar, pacar bisa datang dan pergi kapan dia mau, kapan dia suka. Kata terakhir yang slalu ku ingat dan tak akan terlupakan sampai kapanpun darinya
“Masih mau nggak nyapa aku kalau ketemu?”
“Mau nggak jadi sahabatku??”
“Masih boleh nggak aku main ke rumah kamu??”
Aku hanya bisa berkata, “Pintu rumahku akan selalu terbuka untuk kamu sahabat terbaik untuk selamanya….”.
Mungkin bagi orang lain kata-kata itu biasa, tapi bagi aku kata-kata itu manis banget dan kata-kata itu akan selalu aku ingat sampai kapanpun. Mungkin ini memang jalan yang terbaik buat kita berdua. Jadi hubungan kita belum berakhir sampai disini, meskipun Cuma sebqagai sahabat, sahabat terbaik….. Memang benar cinta itu nggak harus memiliki. Kata terakhirku :
“Makasih banget sudah mau masuk dalam hidupku, dan makasih banget sudah ngebahagiain aku selama ini, walaupun nggak seutuhnya, maksaih banget….! Dan aku janji kalau suatu saat aku pasti bisa main gitar sambil nyanyi’in lagu “Smua Tentang Kita” di hadapan kamu……! You always in my Heart…….!”
Buat orang yang pernah ngisi hati aku yang kosong selama ini…..
ATIDRA

pidato tentang "Belajar dari Binatang"

Assalamualaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahim alhamdu lillahi robbil alamil wabihi nasta’in waala umurid dunYa waddin amma ba’du.
Yang terhormat bapak/ibu dewan juri
Yang saya hormati Bapak/ibu panitia Lomba Kompetensi Siswa berprestasi tahun 2009
Dan segenap hadirin yang dimuliakan oleh Allah

Puji syukur alhamdulillah atas limpahan rahmat, karunia, serta hidayah Allah SWT, kita bersama dapat hadir di sini untuk mengikuti Lomba Kompetensi Siswa Berprestasi tahun 2009 di hari yang kedua ini tanpa suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam semoga slalu terucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk mengeksploitasi keterampilan bakat dan minat. Tanpa bermaksud menggurui, tanpa bermaksud sok tahu, perkenankan saya menyampaikan pidato sederhana tentang belajar dari binatang.
Sebelum mengarah pada pokok bahasan. Ada sebuah ilustrasi yang semoga masuk akal. Semua pasti sudah tahu binatang kecil paling kompak sedunia. Semut namanya. Binatang kecil yang sering kita usir karena mendekati makanan yang manis-manis ini ternyata bukan pelajaran hidup yang layak kita contoh. Jika ada seekor semut berjalan sendirin dan tiba-tiba ia berpapasan dengan semut yang lain, apa yang ia lakukan? Bertegur sapa. Keduanya tampak memperbincangkan sesuatu. Kita memang tidak tahu apa yang diperbincangkan tapi yang pasti tegur sapa yang dilakukan pastilah bermakna.
Di lain kesempatan, jika ada seekor semut menemukan makanan yang ukurannya jauh lebih besar, ia segera bergegas mencari bala bantuan. Semut yang ditemui juga demikian, ia akan menghubungi rekan-rekannya untuk bersama-sama mengangkat makanan tersebut. Selanjutnya mereka akan nikmati bersama.
Bapak, Ibu, rekan-rekan yang saya hormati.
Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sifat “ketimuran”nya. Dari sudut ini, muncullah budaya tepo seliro, tenggang rasa, gotong royong, dan seabrek budaya positif yang mengakar erat di sanubari. Akan tetapi, seiring dengan arus globalisasi dan westernisasi yang datang laksana hujan, melesat bagai anak panah, lambat laun budaya tersebut mulai dimarjinalkan. Tengoklah mereka-mereka yang katanya hidup di daerah elite, sikap individualisme sangat menonjol. Bahkan tetangga di sebelah rumah tidak dikenali. Bagi sebagian dari mereka, ada jargon yang berbunyi we’mu – we’mu, we’ku – we’ku. Punyaku ya punyaku, punyamu ya punyamu.
Selain itu, kebiasaan sok tidak kenal juga mulai menjalar ke urat nadi sebagian dari kita. Terutama dengan orang-orang yang dianggap statusnya berada di bawah. Suatu hari seorang guru saya pernah bercerita, ketika ia mengantar anak didiknya untuk kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan di daerah BanjarSari Cerme, salah satu tahanan di sana ternyata tetangga beliau satu desa. Akan tetapi, ia pura-pura tidak mengenali meski tetangganya tersebut menegur. Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita melakukannya? Hanya anda dan Allah lah yang tahu.
Alhamdulillah di tempat saya tinggal, ada satu kebiasaan yang masih melekat. Setiap sebelum bulan puasa datang atau ketika musim hujan berlangsung, setiap warga bergotong royong untuk membersihkan areal pekuburan dari ilalang dan semak belukar. Padahal, di beberapa tempat, kita cukup memberikan sumbangan uang biar pesuruh yang membersihkan. Bukan masalah uang tapi kebersamaan yang diutamakan.
Bapak, Ibu, Rekan-rekan yang saya hormati.
Semut telah memberi suri tauladan kepada kita tentang budaya tegur sapa dan tolong menolong. Bagaimana dengan diri kita? Khusus untuk rekan-rekan sesama peserta, kita adalah pemuda pewaris budaya pertiwi, jangan hanya karena gengsi kita lupa dan tidak kenali teman sendiri, jangan ketika nanti, siapapun yang jadi pemenang lalu meremehkan teman yang dikalahkan. Ingat, buah tak dapat tumbuh dan matang tanpa akar yang menopang, sesuatu yang istimewa dianggap istimewa karena ada yang tidak istimewa, siswa dianggap terbaik karena ada yang kurang baik. Sebab, jika sendirian, ia bukanlah yang terbaik.
Sebelum diakhiri ada pantun yang berbunyi:
Beli baju di kota padang
Ingat yang di rumah sedang menanti
Siapapun yang jadi pemenang
Tetaplah rendahkan hati
Orang yang buta punya kelebihan
Ada salah kata mohon dimaafkan
Makan durian dicampur nasi
Cukup sekian dan terima kasih.
Akhirul kalam, wassalamualaikum war. Wab

tentang Pidato

Teks Pidato
Pidato adalah materi atau bahan yang disampaikan secara lisan oleh seseorang kepada pendengar di tempat dan waktu tertentu dengan alasan dan maksud tertentu pula.

Metode pidato dilihat dari persiapan yang dilakukan:
1. Metode Naskah yaitu menyiapkan naskah terlebih dahulu.
2. Metode Menghafal yaitu naskah pidato yang dipersiapkan dihafalkan.
3. Metode dadakan/serta merta (impromptu) yaitu tanpa direncanakan dulu.
4. Metode kombinasi (ekstemporan) yaitu naskah dipersiapkan tetapi tidak dihafalkan, hanya garis besarnya saja.
Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum menulis kerangka pidato:
1. Menentukan maksud pidato
2. Menganalisis pendengar dan situasi
3. Menyimpulkan bahan bacaan
4. Membuat kerangka pidato (pembukaan, isi, dan penutup)
5. Menguraikan kerangka pidato
6. Merevisi (mencermati pilihan kata dan kalimat)
Sistematika pidato:
1. Salam pembuka
2. Sapaan
3. Ucapan syukur
4. Pendahuluan (ucapan terima kasih)
5. isi
6. Penutup (kesimpulan isi dan pesan-pesan serta harapan-harapan)
7. Salam penutup
Cara yang harus diperhatikan dalam berlatih pidato:
1. Bersikap setenang mungkin
2. Berkonsentrasi pada isi pidato yang akan disampaikan
3. Rasa cemas, takut, dan grogi dihilangkan dengan cara mengambil napas dalam-dalam dan berpikiran positif.
4. Pergunakan bahasa secara runtut dan pengucapan yang jelas
5. Tidak memulai pembicaraan dengan ucapan meminta maaf
6. Tidak mengulang-ulang bahsan yang disampaikan
7. Perhatikan intonasi suara, yaitu tinggi rendah dan tekanan suara yang bervariasi
8. Melakukan gerakan tangan dan ekspresi secukupnya

nokturno nasib kita

Tak ada senyum yg dapat diterjemahkan dalam kata-kata.....
tak ada mimpi yg terbuang percuma....
semua mesti bermakna layaknya kalimat sajadah,
semua saban waktu jadi belati mengiris sgala ego hati......

Sabtu, 01 Agustus 2009

gapuro dewi sekardadu


Kalo ini adalah Gapuro menuju makam Nyai Dewi Sekardadu (Ibu kandung dari Sunan Giri) yang terletak di daerah Gunung Anyar Kelurahan Ngargosari kebomas Gresik.

Ini adalah beberapa foto hasil jeprat-jepret kru alas jurit tentang Masjid istimewa di kota Gresik.
(1) Masjid Nurul Jannah Petrokimia Gresik
(2) Masjid Al Islah di jalan raya Manyar
(3) Masjid Jami' Sunan Dalem di Gumeno, Manyar, Gresik
(4) Masjid di jalan raya Sembayat
(5) Masjid Agung Gresik

masjid istimewa




INDAHNYA PROSES KEHIDUPAN

Tidak ada satupun keberhasilan diperoleh begitu saja tanpa adanya suatu proses usaha untuk mengawalinya. Hasil adalah akibat dari usaha yang telah kita lakukan, dan untuk mendapatkan hasil, tentunya kita akan melewati sebuah proses, yang mau tidak mau kita akan menjalaninya.
Meminjam istilah Sutrisno Bakhir, Hidup adalah perbuatan. Berani hidup berani berbuat, berani berbuat berani bertanggung jawab. Falsafah demikian merupakan pegangan kita dalam mempelajari proses hidup. Satu hal yang sering kali membuat kita salah adalah menempatkan hasil sebagai tujuan utama yang harus dicapai bagamanapun caranya, apakah dengan menyikut temannya atau bahkan berbuat curang untuk mencapai hasil itu sendiri. Sebagaimana yang sering kali kita lihat dan saksikan dimasyarakat kita, dimana banyak orang yang lebih berorientasi pada hasil dari pada proses, sehingga kasus korupsi, nepotisme, penipuan, atau kasus suap, bayak terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Jalan pintas membuat mereka tidak banyak berfikir akhirnya, yang terpenting adalah mereka memperoleh kesenangan dari hasil yang diperolehnya. Mereka ingin cepat menjadi orang yang kaya dengan harta yang sangat berlimpah, tanpa harus melewati sebuah proses yang menurut mereka membuang waktu. Mereka ingin segera menikmati kemudahan demi kemudahan tanpa harus susah payah berusaha dengan kucuran keringat. Demikian pula wajah pendidikan kita disebagian banyak tempat guna memiliki nilai siswanya lulus 100 % maka dengan berbagai cara yang instan agar siswanya bisa mencapai nilai yang diinginkan, hanya mengacu pada hasil sehingga mengorbankan tujuan mulia yaitu mencerdaskan anak bangsa.

Tujuan dalam hidup, memang sebuah titik penting untuk kita capai, tetapi terpancang pada hasil justru membuat kita mengabaikan proses yang seharusnya kita lalui. Memang setiap orang yang melakukan suatu hal, pasti tujuannya adalah untuk meraih suatu hasil yang gemilang. Tetapi janganlah ketika kita hendak meraih suatu hasil, kita mengabaikan hal-hal yang dilarang oleh agama. “Hai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kamu terperdaya oleh kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu tertipu oleh suatu penipuan, sehingga terlupa pada Allah. (QS. Luqman: 33). Ketika ingin meraih sesuatu auatupun merubah kondisi tertentu, harus dimulai dari memupuk kekuatan jiwa kita. Oleh karena itu, yang harus ada di benak kita adalah keinginan untuk terus berubah dan terus menjadi lebih baik. Hari ini harus bertambah ilmu. Hari ini harus bertambah wawasan. Hari ini harus bertambah kedewasaan. Hari ini harus bertambah kenalan atau relasi baru dan hari ini pula harus bertambah kebaikan. Jadi yang harus kita pikirkan sehari-hari adalah bagaimana kita menbingkatkan kemampuan diri, baik itu ilmu, ketrampilan ataupun amal kita. Semua harus kita programkan sebagai bagian dari persiapan menghadapi kondisi sesulit apapun. Kalau sehari-hari yang kita lewati tidak disertai dengan bertambahnya kemampuan diri, maka lambat laun kita akan digilas oleh cepatnya roda perubahan.
Kesadaran seperti ini teramat penting untuk kita tanamkan, karena itulah kekayaan hakiki. Barang siapa menginginkannya, maka berjuang meningkatkan kualitas diri adalah syarat pertama dan utama.

Andai kemampuan kita berada diatas masalah yang ada, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Seperti halnya orang yang belajar terus-menerus. Tatkala menghadapi ujian kemampuannya akan berada di atas masalah. Ia akan gembira menghadapi ujian tersebut, menikmati tatkala ujian berlangsung dan setelah ujian ia akan menikmati pujian dan nilai yang baik. Mengapa ? karena ia sudah sangat siap. Tidak demikian halnya dengan orang yang tidak pernah belajar dan mempersiapkan diri dengan baik. Ketika akan menghadapi ujian ia akan stress dan panik, saat menjalani ujian ia begitu menderita , begitupun setelah ujian ia akan terhina dan terpuruk.
Maka kita diajarkan oleh Agama kita untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kondisi sesulit apapun. Islam melarang sikap tergesa-gesa , dan prestasi akan diraih secara bertahap sesuai sunnatullah. Dan dibutuhkan kinerja professional dalam segala hal. Adapun hasil dan kesuksesan itu rahasia Allah. Kita dituntut untuk menyelaraskan usaha dan ikhtiar dengan mulia. “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu (QS. At-Taubah:105). Peringatan ini untuk mengevaluasi diri tentang seberapa jauh kita mampu meningkatkan kualitas diri untuk menyongsong hari esok lebih mulia dan lebih baik. Amin.

MENATAP WAJAH PENDIDIKAN MASA DEPAN

Mei adalah bulan pendidikan, dan juga bulan kebangkitan. Beragam acara dan upacara dilaksanakan di mana-mana, bahkan peringatan yang dihelat di gedung-gedung mewah. Sekedar mengungkapkan rasa syukur atau menunjukkan eksistensi jati diri? Cukupkah hal itu untuk memperingati momen yang menjadi tonggak sejarah kemajuan bangsa ini?

Tonggak Kemajuan
Adalah sebuah keniscayaan apabila kredibilitas suatu bangsa akan diukur dari kemajuan pendidikan warga negaranya. Semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu bangsa, semakin terhormat dan beradablah bangsa itu di hadapan bangsa-bangsa lainnya. Begitu sebaliknya.
Hal itu terjadi karena pendidikan akan berpengaruh dan menjadi ukuran kemajuan faktor-faktor lainnya. Perekonomian yang bagus pastilah didukung oleh pelaku-pelaku ekonomi yang terdidik. Penegakkan hukum yang kredibel jugalah akan didukung oleh aparat yang berpendidikan pula, begitu juga pada bidang yang lain.
Dengan kondisi seperti itu, siapapun, termasuk pihak mana pun, yang tidak menjadikan pendidikan sebagai platform dan lifeline akanlah secara alamiah tergerus oleh zaman dan peradaban. Mereka, yang merasa memiliki bangsa ini dan di dadanya masih bersarang Indonesia, makan dari tanah dan air Indonesia, berpijak di bumi dan beratap langit Indonesia, peluh dan keringatnya masih berbau Indonesia, haruslah mendukung kemajuan pendidikan tersebut.
Pemerintah pusat saat ini seolah menemukan momentum dan baru sadar dari tidur panjangnya bahwa pendidikan adalah dasar dari semuanya. Dengan menetapkan anggaran pendidikan minimal 20%, pastilah pemerintah akan mampu berbuat banyak untuk merekontruksi pola dan menejemen pendidikan. Regulasi dan reposisi program menjadi hal yang wajib untuk dilakukan mengingat selama ini masih kacaunya sistem yang berjalan.
Hal itu tentunya harus didukung melalui ejawantah program di tingkat bawah. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus bergerak secara sama, linier, dan kontinyu. Jangan sampai pemerintah pusat berjalan sendiri, terengah-engah, dan akhirnya terjatuh yang berujung pada gagalnya program yang telah dirancang. Urusan politik, golongan, kelompok haruslah dibuang jauh-jauh jika tidak ingin kembali ke kegagalam masa lalu.
Di samping itu, para legislator yang terhormat utamanya komisi-komisi yang terkait, pengusaha, dewan pendidikan, kepolisian, serta siapapun juga tidak bisa berpangku tangan dan diam menyaksikan semuanya. Mereka juga sebenarnya objek dan subjek kemajuan pendidikan. Pendidikan yang baik akan mencetak legislator, pengusaha, polisi yang baik pula. Mereka harus juga menyingsingkan lengan, cancut tali wanda, untuk membantu mewujudkan kemajuan pendidikan di negeri ini sesuai dengan peluang dan kemampuan mereka.

Pendidikan seperti apa?
Pendidikan masa depan, seperti apa? Ini yang harus dirumuskan dan menjadi dasar tujuan. Merangkum berbagai pendapat pakar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri, dan mencermati hal yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, penulis setidak-tidaknya dapat menyimpulkan menjadi lima hal. Hal-hal tersebut akan diuraikan dengan bahasa yang sederhana agar lebih familier dan mudah dipahami.
Pertama, Pendidikan yang menyentuh keyakinan dalam keberagamaan. Dalam konteks Indonesia, paham Atheisme mutlak ditolak dan menjadi musuh utama. Tetapi karena sebuah paham menyangkut masalah hati dan keyakinan, sampai kapan pun harus tetap dibutuhkan kewaspadaan. Pendidikan masa depan haruslah menyentuh dasar-dasar keyakinan dalam keberagamaan karena hal inilah yang menjadi dasar implementasi hasil dan tujuan seseorang mencari pendidikan. Menjadi salah apabila orang yang berpendidikan justru menjadi sponsor berbagai kemaksiatan. Apakah carut-marutnya korupsi di negeri ini juga akibat efek ketidakberhasilan pendidikan dalam menyentuh keyakinan tersebut? Wallahu’alam. Ke depan, meminimalisasi efek negatif akibat kesadaran beragama menjadi bagian mutlak dalam dunia pendidikan.
Kedua, Pendidikan yang memperbaiki akhlak dan budi pekerti. Banyak yang berujar, anak sekarang tidak punya tata karma, jauh dari sopan santun, dan bertindak semau gue. Tidak terdidikkah mereka? Jelas terdidik! Tidak dididikkah mereka? Ini yang perlu kita cari jawabannya. Mendidik membutuhkan keteladanan. Uswah inilah yang sekarang jauh panggang dari api. Keteladanan adalah unsur dasar pendidikan. Apakah kita salah menjadi pendidik? Bisa jadi! Mungkin kita adalah generasi yang tanggung sehingga mayoritas hanya mampu mengisi otak tanpa mampu mengisi hati. Belajar menjadi pendidik yang professional menjadi sebuah keharusan karena kita memang diamanatkan undang-undang menjadi tenaga professional. Professional yang utuh tidaklah sekadar mumpuni dalam ilmu, melengkapi diri dengan administrasi, bertabur diri dengan teknologi canggih, tetapi miskin hati dan jauh dari posisi guru sejati. Dan pendidikan masa depan hendaklah mengakomodasi semua tuntutan itu.
Ketiga, Pendidikan yang harus menempatkan siswa sebagai subjek dan tidak sekedar sebagai objek. Semboyan bahwa kurikulum boleh berubah, tetapi sistem pengajaran tetap seperti biasa, seolah menjadi sikap konsisten para pendidik, konsisten untuk tidak berubah dan menafikan perubahan. “Biarlah anjing menggonggong”, biarlah pengambil kebijakan memodifikasi sistem atas nama apapun, ganti menteri ganti kebijakan, yang penting “kafilah tetap berlalu”, yang sudah biasa dilaksanakan kenapa harus diubah? Inilah sistem yang ke depan harus diperbarui. Siswa adalah pelaku pendidikan utama, merekalah pemilik ilmu di masa depan, dan mereka harus dibiasakan dengan berbagai kebiasaan: kebiasaan bersikap sendiri! Biarlah mereka melakukan dan jangan biasa diperlakukan. Biarlah mereka kreatif, jangan dibentuk pasif. Ajari mereka menemukan, jangan biasakan ditunjukkan! Kalau kita sayang mereka, perlakukan sesuai kebutuhan mereka di masa mendatang. Pendidikan tidak berputar untuk masa kini, tetapi mengalir untuk masa depan.
Keempat, Pendidikan yang mempermudah pencapaian tujuan peserta. Tidak ada masa depan tanpa tujuan. Ujung dari tujuan itu tidak lain adalah kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Pendidikan ke depan haruslah mampu mempermudah akses untuk mencapai tujuan, tidak sekedar tong kosong berbunyi nyaring. Hanya ramai di perencanaan dan proses tetapi sepi di hasil. Ketegasan regulasi juga sangat berpengaruh dalam hal ini. Tidak jarang dunia kerja menengah yang hak siswa SMK “diserobor” siswa SMA karena pengusahanya ingin membayar murah. Banyak sarjana yang mau turun kelas menjadi tenaga produksi karena sempitnya kesempatan mereka di level menejer sehingga merampas hak-hak adik-adiknya. Jika hal ini masih dan terus-menerus berlangsung, tidak akan pernah tuntas permasalahan di negeri ini. Semua level pendidikan harus dijamin hak-haknya untuk meneruskan jenjang, baik sebagai tenaga kerja maupun kuliahnya.
Dan kelima, Pendidikan yang mejadi agen perubahan positif bagi peradaban. Satu bidang yang memang digadang-gadang mampu menjaga roh ke perubahan positif adalah pendidikan. Norma dan nilai-nilai kehidupan secara lengkap bisa diajarkan di sini. Berbagai teori dari yang sederhana sampai yang rumit, ditemukan di sini. Tetapi, hanya akan menjadi prasasti saja jika semua itu tidak diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Hanya akan menjadi hiasan di tengah luluh-lantaknya pondasi peradaban. Inilah pentingnya implementasi nyata dari sistem dan teori pendidikan di masyarakat. Sejatinya, perubahan yang hakiki adalah sikap positif terhadap permasalahan. Dan diharapkan pendidikan masa depan mampu menjadi agen dan jembatan bagi pencapaian tujuan tersebut.

Satu Tekat
Sungguh sia-sia jika sikap positif pemerintah tidak disambut dengan tangan terbuka oleh semua komponen bangsa. Lebih sia-sia lagi apabila sambutan tersebut hanya dijadikan komoditas kepentingan sesaat dan kekinian. Masa depan jauh lebih berharga untuk diselamatkan melalui pendidikan daripada berpikir tentang apa dan berapa yang kita dapat untuk saat ini.
Jika sumua punya satu tekat, untuk kemajuan bangsa adalah pendidikan pilihannya, maka mari kita pegang teguh janji ini. Sebagai pelaku pendidikan, yang seharusnya berdiri di garis terdepan, harus mampu dan berani menjadi agen perubahan. Perubahan untuk menjadi professional dan berkeberadaban.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Sinergimu akan menjadi kejayaan bangsaku! (dari Surabaya untuk Bangsa, Ghoz)