Rabu, 05 Agustus 2009

pidato tentang "Belajar dari Binatang"

Assalamualaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahim alhamdu lillahi robbil alamil wabihi nasta’in waala umurid dunYa waddin amma ba’du.
Yang terhormat bapak/ibu dewan juri
Yang saya hormati Bapak/ibu panitia Lomba Kompetensi Siswa berprestasi tahun 2009
Dan segenap hadirin yang dimuliakan oleh Allah

Puji syukur alhamdulillah atas limpahan rahmat, karunia, serta hidayah Allah SWT, kita bersama dapat hadir di sini untuk mengikuti Lomba Kompetensi Siswa Berprestasi tahun 2009 di hari yang kedua ini tanpa suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam semoga slalu terucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk mengeksploitasi keterampilan bakat dan minat. Tanpa bermaksud menggurui, tanpa bermaksud sok tahu, perkenankan saya menyampaikan pidato sederhana tentang belajar dari binatang.
Sebelum mengarah pada pokok bahasan. Ada sebuah ilustrasi yang semoga masuk akal. Semua pasti sudah tahu binatang kecil paling kompak sedunia. Semut namanya. Binatang kecil yang sering kita usir karena mendekati makanan yang manis-manis ini ternyata bukan pelajaran hidup yang layak kita contoh. Jika ada seekor semut berjalan sendirin dan tiba-tiba ia berpapasan dengan semut yang lain, apa yang ia lakukan? Bertegur sapa. Keduanya tampak memperbincangkan sesuatu. Kita memang tidak tahu apa yang diperbincangkan tapi yang pasti tegur sapa yang dilakukan pastilah bermakna.
Di lain kesempatan, jika ada seekor semut menemukan makanan yang ukurannya jauh lebih besar, ia segera bergegas mencari bala bantuan. Semut yang ditemui juga demikian, ia akan menghubungi rekan-rekannya untuk bersama-sama mengangkat makanan tersebut. Selanjutnya mereka akan nikmati bersama.
Bapak, Ibu, rekan-rekan yang saya hormati.
Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sifat “ketimuran”nya. Dari sudut ini, muncullah budaya tepo seliro, tenggang rasa, gotong royong, dan seabrek budaya positif yang mengakar erat di sanubari. Akan tetapi, seiring dengan arus globalisasi dan westernisasi yang datang laksana hujan, melesat bagai anak panah, lambat laun budaya tersebut mulai dimarjinalkan. Tengoklah mereka-mereka yang katanya hidup di daerah elite, sikap individualisme sangat menonjol. Bahkan tetangga di sebelah rumah tidak dikenali. Bagi sebagian dari mereka, ada jargon yang berbunyi we’mu – we’mu, we’ku – we’ku. Punyaku ya punyaku, punyamu ya punyamu.
Selain itu, kebiasaan sok tidak kenal juga mulai menjalar ke urat nadi sebagian dari kita. Terutama dengan orang-orang yang dianggap statusnya berada di bawah. Suatu hari seorang guru saya pernah bercerita, ketika ia mengantar anak didiknya untuk kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan di daerah BanjarSari Cerme, salah satu tahanan di sana ternyata tetangga beliau satu desa. Akan tetapi, ia pura-pura tidak mengenali meski tetangganya tersebut menegur. Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita melakukannya? Hanya anda dan Allah lah yang tahu.
Alhamdulillah di tempat saya tinggal, ada satu kebiasaan yang masih melekat. Setiap sebelum bulan puasa datang atau ketika musim hujan berlangsung, setiap warga bergotong royong untuk membersihkan areal pekuburan dari ilalang dan semak belukar. Padahal, di beberapa tempat, kita cukup memberikan sumbangan uang biar pesuruh yang membersihkan. Bukan masalah uang tapi kebersamaan yang diutamakan.
Bapak, Ibu, Rekan-rekan yang saya hormati.
Semut telah memberi suri tauladan kepada kita tentang budaya tegur sapa dan tolong menolong. Bagaimana dengan diri kita? Khusus untuk rekan-rekan sesama peserta, kita adalah pemuda pewaris budaya pertiwi, jangan hanya karena gengsi kita lupa dan tidak kenali teman sendiri, jangan ketika nanti, siapapun yang jadi pemenang lalu meremehkan teman yang dikalahkan. Ingat, buah tak dapat tumbuh dan matang tanpa akar yang menopang, sesuatu yang istimewa dianggap istimewa karena ada yang tidak istimewa, siswa dianggap terbaik karena ada yang kurang baik. Sebab, jika sendirian, ia bukanlah yang terbaik.
Sebelum diakhiri ada pantun yang berbunyi:
Beli baju di kota padang
Ingat yang di rumah sedang menanti
Siapapun yang jadi pemenang
Tetaplah rendahkan hati
Orang yang buta punya kelebihan
Ada salah kata mohon dimaafkan
Makan durian dicampur nasi
Cukup sekian dan terima kasih.
Akhirul kalam, wassalamualaikum war. Wab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar