Sabtu, 01 Agustus 2009

INDAHNYA PROSES KEHIDUPAN

Tidak ada satupun keberhasilan diperoleh begitu saja tanpa adanya suatu proses usaha untuk mengawalinya. Hasil adalah akibat dari usaha yang telah kita lakukan, dan untuk mendapatkan hasil, tentunya kita akan melewati sebuah proses, yang mau tidak mau kita akan menjalaninya.
Meminjam istilah Sutrisno Bakhir, Hidup adalah perbuatan. Berani hidup berani berbuat, berani berbuat berani bertanggung jawab. Falsafah demikian merupakan pegangan kita dalam mempelajari proses hidup. Satu hal yang sering kali membuat kita salah adalah menempatkan hasil sebagai tujuan utama yang harus dicapai bagamanapun caranya, apakah dengan menyikut temannya atau bahkan berbuat curang untuk mencapai hasil itu sendiri. Sebagaimana yang sering kali kita lihat dan saksikan dimasyarakat kita, dimana banyak orang yang lebih berorientasi pada hasil dari pada proses, sehingga kasus korupsi, nepotisme, penipuan, atau kasus suap, bayak terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Jalan pintas membuat mereka tidak banyak berfikir akhirnya, yang terpenting adalah mereka memperoleh kesenangan dari hasil yang diperolehnya. Mereka ingin cepat menjadi orang yang kaya dengan harta yang sangat berlimpah, tanpa harus melewati sebuah proses yang menurut mereka membuang waktu. Mereka ingin segera menikmati kemudahan demi kemudahan tanpa harus susah payah berusaha dengan kucuran keringat. Demikian pula wajah pendidikan kita disebagian banyak tempat guna memiliki nilai siswanya lulus 100 % maka dengan berbagai cara yang instan agar siswanya bisa mencapai nilai yang diinginkan, hanya mengacu pada hasil sehingga mengorbankan tujuan mulia yaitu mencerdaskan anak bangsa.

Tujuan dalam hidup, memang sebuah titik penting untuk kita capai, tetapi terpancang pada hasil justru membuat kita mengabaikan proses yang seharusnya kita lalui. Memang setiap orang yang melakukan suatu hal, pasti tujuannya adalah untuk meraih suatu hasil yang gemilang. Tetapi janganlah ketika kita hendak meraih suatu hasil, kita mengabaikan hal-hal yang dilarang oleh agama. “Hai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kamu terperdaya oleh kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu tertipu oleh suatu penipuan, sehingga terlupa pada Allah. (QS. Luqman: 33). Ketika ingin meraih sesuatu auatupun merubah kondisi tertentu, harus dimulai dari memupuk kekuatan jiwa kita. Oleh karena itu, yang harus ada di benak kita adalah keinginan untuk terus berubah dan terus menjadi lebih baik. Hari ini harus bertambah ilmu. Hari ini harus bertambah wawasan. Hari ini harus bertambah kedewasaan. Hari ini harus bertambah kenalan atau relasi baru dan hari ini pula harus bertambah kebaikan. Jadi yang harus kita pikirkan sehari-hari adalah bagaimana kita menbingkatkan kemampuan diri, baik itu ilmu, ketrampilan ataupun amal kita. Semua harus kita programkan sebagai bagian dari persiapan menghadapi kondisi sesulit apapun. Kalau sehari-hari yang kita lewati tidak disertai dengan bertambahnya kemampuan diri, maka lambat laun kita akan digilas oleh cepatnya roda perubahan.
Kesadaran seperti ini teramat penting untuk kita tanamkan, karena itulah kekayaan hakiki. Barang siapa menginginkannya, maka berjuang meningkatkan kualitas diri adalah syarat pertama dan utama.

Andai kemampuan kita berada diatas masalah yang ada, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Seperti halnya orang yang belajar terus-menerus. Tatkala menghadapi ujian kemampuannya akan berada di atas masalah. Ia akan gembira menghadapi ujian tersebut, menikmati tatkala ujian berlangsung dan setelah ujian ia akan menikmati pujian dan nilai yang baik. Mengapa ? karena ia sudah sangat siap. Tidak demikian halnya dengan orang yang tidak pernah belajar dan mempersiapkan diri dengan baik. Ketika akan menghadapi ujian ia akan stress dan panik, saat menjalani ujian ia begitu menderita , begitupun setelah ujian ia akan terhina dan terpuruk.
Maka kita diajarkan oleh Agama kita untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kondisi sesulit apapun. Islam melarang sikap tergesa-gesa , dan prestasi akan diraih secara bertahap sesuai sunnatullah. Dan dibutuhkan kinerja professional dalam segala hal. Adapun hasil dan kesuksesan itu rahasia Allah. Kita dituntut untuk menyelaraskan usaha dan ikhtiar dengan mulia. “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu (QS. At-Taubah:105). Peringatan ini untuk mengevaluasi diri tentang seberapa jauh kita mampu meningkatkan kualitas diri untuk menyongsong hari esok lebih mulia dan lebih baik. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar