Rabu, 03 Maret 2010

Liputan Utama Alas Jurit edisi XIX


TERNYATA, BISA!
(Training Health Safety and Environment for Operator Industry)

Seorang peserta pelatihan, saat penulis wawancarai sempat berucap, “ Mulanya saya kaget dan tidak percaya, ketika Bos saya di perusahaan memanggil dan memberikan surat tugas mengikuti pelatihan HSE. Saya sempat bertanya, ke Jakarta atau ke Bandung, Pak? Ndak, jawabnya singkat. Ke Cerme, ke sekolahmu dulu!” Ah, yang benar, Pak! Apa yang bisa saya peroleh di sana nanti?”
*
Ya, apa yang bisa saya peroleh di sana nanti? Pertanyaan itu juga menggelayut di hati hampir sebagian besar peserta pelatihan. Secara sederhana, sekolah-termasuk sekolah kejuruan sekalipun-berguru tentang safety dan keselamatan kerja tempatnya ya di industri. Jika sekolah yang mengadakan, lalu pesertanya adalah operator-operator industri, apakah dunia ini sudah terbalik?
Yang selama ini dimafhumi adalah siswa SMK datang ke industri untuk kunjungan industri (KI) untuk mengetahui proses kerja yang riil di industri. Saat berikutnya, siswa tersebut kembali ke industri untuk melaksanakan praktik industri (PI) untuk belajar menjadi pekerja industri selama 2 – 6 bulan. Industri kemudian mengeluarkan sertifikat untuk siswa-siswa tersebut sebagai bukti telah memiliki sebagian keterampilan yang didapatnya di industri. Guru-guru produktif SMK juga banyak yang datang ke industri untuk magang sehingga kemampuannya mengajar semakin baik dan luas pengetahuan tentang masalah keindustrian.
Sisi lain, orang industri datang ke sekolah untuk menjadi guru tamu dan menjadi pencerah pengetahuan keindustrian bagi guru-guru SMK. Atau mereka datang ke sekolah untuk memberikan pembekalan kepada siswa yang akan berpraktik industri. Itulah normalnya.
Apakah yang terlaksana di sekolah dalam program HSE itu “tidak normal”?  Itulah hebatnya. Hal yang tidak normal, tetapi positif bagi sekolah untuk meningkatkan taraf kesejajaran dengan industri tersebut, patutlah mendapatkan apresiasi. Perubahan paradigma dan mindset kita antara hubungan sekolah dan industri seperti yang berkembang selama ini, sedikit demi sedikit harus kita kikis dengan bukti dan kualitas. SMK tetap sangat membutuhkan industri, tetapi sekolah juga bisa menjadi yang dibutuhkan industri. Dengan demikian, terjadilah hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan. Simbiosis mutualisme betul-betul dapat diwujudkan antara lembaga pencetak tenaga kerja dan lembaga pemakai tenaga kerja.
*
Sebagai wujud kerjasama antara SMK Negeri 1 Cerme Gresik dengan VAPRO OPV Belanda adalah membangun pusat pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi praktisi industri. Sekolah menyediakan ruang yang standar, ber-AC, dan dekat dengan laboratorium Kimia. VAPRO OPV Belanda membantu sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta pelatihan instruktur dari guru SMK sebanyak tiga orang di Deen Hagg Belanda, menyiapkan materi kurikulum training yang harus disampaikan kepada peserta pelatihan. Sementara pihak Institut Teknologi 10 November Surabaya, sebagai konsultan VAPRO OPV di Indonesia, menjembatani komunikasi antara sekolah dan VAPRO OPV serta mengkoordinasi pelaksanaan program di beberapa sekolah yang melakukan MoU dengan perusahaan dari Belanda tersebut.
Sebagai langkah awal, tim K3 SMK Negeri 1 Cerme melakukan pemanasan/warming up terhadap mesin organisasinya (seperti persiapan pemilukada saja!) dengan mengadakan pelatihan terhadap siswa-siswa kelas XI program Kimia Industri, Analis Kimia, Pendingin dan Tata Udara, dan Teknik Instalasi Tenaga Listrik untuk sesuai standar yang telah ditetapkan. Pelatihan ini dilaksanakan pada 23 November s.d. 8 Desember 2009. Sungguh hasilnya sangat menggembirakan, bagi peserta maupun tim K3.
Keberhasilan itu semakin memantapkan tim untuk menatap riil activity berikutnya dengan mengundang industri untuk mengikuti pelatihan di sekolah. Bak gayung bersambut. Undangan itu sungguh mendapat respon luar biasa. PT Metabisulphite Gresik, PT Liku Telaga Gresik, PT Eterindo Nusa Graha Gresik, PT Petrowidada Gresik, PT Multikiko Surabaya, PT Tata Solusi Pratama Surabaya dan Jakarta, serta PT Kiko Enginering Denpasar menyanggupi dan antusian untuk mengirimkan teknisi-teknisi terbaiknya.
Training yang dilakukan pada 8-13 Februari 2010 itu berjalan sangat gayeng dan ”hidup”. Dibawa arahan instruktur dari ITS Surabaya dan tim K3 SMK Negeri 1 Cerme yang telah berguru ke Belanda, para peserta bisa saling berbagi pengalaman, saling bertukar informasi, dan share dalam banyak hal termasuk dengan para instruktur. Kegiatan seperti ini rasanya terlalu kecil jika hanya di tulis di Alas Jurit. Mestinya bisa diekspose di media yang jauh lebih besar. (Di tempat lain, lomba kelereng saja bisa masuk koran. Iri rasanya!)
Materi yang disajikan dalam training ini juga sangat standar internasional. Ada 33 bab, 24 bab merupakan bab wajib, dalam teori pelatihan serta 8 judul eksperimen praktik laboratorium. Semua itu hanya dilakukan di lab Kimia Industri kita. Tidak ada yang dilakukan di luar! (Lab Kimia kita memang telah berstandar progran D-3 di ITS Surabaya karena kelengkapan peralatannya). Di antara materi itu, yang paling pokok adalah Bahaya dan Penanggulangan Bahan Kimia, Perawatan dan Perbaikan Mesin, Lingkungan Hidup, dan Pengangkutan Barang-Barang Berbahaya.
Pelatihan yang berjalan di tengah-tengah kesibukan Uji Praktik Kejuruan itu, berlangsung dengan hasil yang juga sangat menggembirakan. Peserta sangat puas karena ilmu yang diperoleh sangat bermanfaat di tempat kerja. Tim K3 juga jauh lebih puas karena telah melalui ujian awal projek monumental yang telah lama di siapkan. Sekolah sangat jauh lebih puas karena mercusuar itu telah dinyalakan sehingga sinar terangnya mampu dilihat dari banyak industri yang bertebaran.


*
Akhirnya, tidak ada yang lebih membahagiakan bagi lembaga sekolah seperti SMK Negeri 1 Cerme ini selain indahnya kerjasama dan terwujudnya kemitrasejajaran di antara kita, lembaga kita, dan kepercayaan dari kita. Kita bisa berarti kumpulan pribadi, lembaga, pengguna dan pemilik lembaga, serta industri. Dalam hal di atas, profesionalitas lembaga sekolah yang menyebabkan kepercayaan yang tinggi lembaga lain sehingga mengimplementasikan kepercayaan itu dalam bentuk melakukan kerja bersama, adalah sebuah catatan sejarah sekaligus tonggak untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Semoga kegiatan di atas semakin mempertegas tekad bulat kita, sesuai dengan visi kita untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional pada empat-lima tahun mendatang. Tentu tidak sekedar mengandalkan training HSE tersebut. UPJ harus konkrit berjalan, Teaching Factory pun harus diwujudkan, serta tongkrongan sekolah yang terus-menerus ditonjolkan.
Ya, semoga... karena Tuhan sangat cinta kepada orang-orang yang suka bekerja keras dan menebarkan manfaat untuk lingkungan sekitarnya.


                                                            Bumi Jambangan,
                                                            Dengan Doa Yang Selalu Digelorakan




SANG KOMANDAN YANG ”KEMBALI PULANG”

            Mutoffin, nama singkat ini tentu sangat tidak asing bagi guru-guru lawas SMK Negeri 1 Cerme. Nama itu sangat terdengar nyaring pada tujuh-delapan tahun yang lalu. Ya, dia adalah mantan ketua OSIS yang tegas dan banyak kreativitas. Mantan siswa Jurusan Pendingin dan Tata Udara itu, telah cukup banyak memberi warna dalam kehidupan berorganisasi di sekolah kita meskipun dalam keadaan serba darurat dan terbatas.
            Ia kini menjadi teknisi senior di PT Tata Solusi Pratama yang berkantor di Kayoon Surabaya dan Jakarta. Telah banyak industri besar yang telah dirambahnya sebagai tenaga maintenence refrigration. Sebut saja di antaranya PT Hanjaya Mandala Sampoerna, PT Unilever Tbk, Plaza Tunjungan, dan banyak lagi kantor-kantor besar lainnya. Karier yang cemerlang itu, salah satu modal besarnya adalah kemampuan berorganisasi dan mengorganisasi orang ketika menjadi ketua OSIS dulu. ”Sangat besar pengaruhnya, Pak. Sakit di awal dulu betul-betul membahagiakan di akhir seperti sekarang,” ujar bapak berputera satu ini.
            Pria berambut cepak khas tentara itu (bisa jadi warisan ketertiban sejak sekolah dulu), pada 8-13 Februari 2010 lalu, ”kembali pulang” bukan sebagai siswa, tetapi sebagai salah satu peserta Training HSE. ”Luar biasa perkembangannya, Pak Edy! Saya tidak pernah melihat perkembangan sekolah secepat ini!” paparnya mantap penuh kebanggaan sebagai alumni kepada Mitra Kerja kita. ”Semoga adik-adik saya di sini jauh lebih sukses daripada saya pada masa mendatang. Rasanya tidak ada alasan untuk tidak sukses bersekolah di lembaga seperti ini!” ujarnya sebelum mengakhiri pembicaraan karena harus mengikuti sesion makan siang di Resto Boga’s.(Ghoz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar