Selasa, 21 September 2010

Menanamkan Jiwa Kebutuhan pada Belajar

By Bu Iva
Sekolah merupakan wahana yang sangat menyenangkan bagi anak pada usia didik. Bagaimana tidak, di sekolahlah semua anak dapat mengeksploitasi keterampilan, bakat, minat, dan potensi yang dimiliki. Sampai-sampai muncul lirik lagu “masa yang paling indah, masa-masa di sekolah” untuk menunjukkan bahwa momen ketika diajar/dididik, saat menimba ilmu pengetahuan ini, adalah hal spesial yang pasti kita kenang nanti. Tahukah kalian, ketika sudah beranjak dewasa, bekerja, atau bahkan berkeluarga, momen belajar di sekolah takkan terlupakan.
Mereka yang berjiwa sosial akan dengan mudahnya berkomunitas sendiri dan melebarkan jaringannya. Mencari banyak relasi/kawan, membentuk komunitas inilah-itulah, adalah contoh kecil yang dilakukan. Mereka yang bertipe serius akan terus mengasah kecerdasannya dengan belajar, belajar, dan belajar. Dengan membaca, menghafal rumus, mencoba teori A, adalah pekerjaan sehari-hari mereka. Jenis yang ketiga adalah mereka yang berjiwa santai. Wes opo anane wae itulah ciri khas yang sering ditampilkan. Anggapan bahwa sekolah adalah fese hidup yang mau nggak mau musti dijalani menjadi jalan pikirannya. Anda termasuk yang mana?
Kegiatan belajar merupakan rutinitas yang terjadi di sekolah. Yang berjiwa sosial pun mau nggak mau tercebur dalam rutinitas tersebut. Yang santai apalagi, itu sudah menjadi keharusan. Namun terkadang, peserta didik mengartikan lain. Mereka menganggap bahwa belajar adalah kewajiban yang harus dilakukan, tidak bisa tidak. Padahal, jika mereka mau menempatkan belajar sebagai kebutuhan, tak ada lagi unsur tertekan, bĂȘte, apalagi merasa terbebani. Sama halnya dengan makan dan minum. Pernahkah kita mengeluh ketika tiba waktunya makan/minum? Pernahkah kita makan dan minum dengan terpaksa. Tentu tidak. Kita makan karena kita merasa butuh energi, kita minum karena kita merasa haus. Seandainya mereka belajar karena butuh ilmu dan itu sebuah keharusan. Pasti semua akan terasa indah. Namun yang terjadi, sistem SKS (sinau kebut semalaman) sering dilakukan. Ada unsur terpaksa karena adanya ujian atau ulangan. Itu sama dengan kita pakai helm karena takut ditilang, terpaksa. Hal itu jelas sangat melelahkan dan mem-bete-kan.
Kesadaran peserta didik akan belajar seharusnya mencontoh seorang dokter ketika member petunjuk meminum obat. Dokter hampir selalu member resep penggunaan obat 3 x 1 sehari/ 2 x 1 sehari/ 1 x 1. Tak pernah ada resep 1 x 3. Itu sama dengan belajar. Lebih enak mana meminum obat langsung 3 tablet atau 1 tablet secara teratur. Lebih enak mana belajar 15 menit setiap hari atau belajar 3 jam secara langsung. Buktikan sendiri!
Pada akhir tulisan ini, ada beberapa tips dari saya dalam mempermudah belajar. Ketika guru menjelaskan materi, gunakan:
1. I See : Perhatikan dengan detail penjelasan dari guru
2. I Hear : Dengarkan baik-baik apa yang beliau sampaikan
3. I Doing : Catat hal-hal penting yang disampaikan guru kita
4. I Don’t Think: Jangan pernah berpikir guru ini ginilah, guru itu gitulah. Hapus kesan negatif kepada pendidik coz itu kunci awal transfer ilmu berjalan lancar
5. I want: tanamkan keinginan pada diri bahwa aku pasti bisa.
Sekali lagi jadikan belajar sebagai kebutuhan agar semua yang kita lakukan tanpa beban dan paksaan. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar